Powered By Blogger

Minggu, 17 April 2011

A Little Thing Called Love (that fun)

Pada hari Kamis kemaren, saya nonton salah satu film yang menurut saya film keren. FIlm ini adalah film Thailand yang kalau temen-temen ingat pada awal millenium 2000 sangat terkenal dengan film-film horrornya. Saya sendiri nonton beberapa film horror itu, meskipun aslinya saya bukan penggemar film horror. Kalau boleh berkomentar film-film horror mereka bagus-bagus kok. Thrills yang ada itu terasa intens sekali dan tanpa dibuat-buat. Lalu sekitar tahun 2008, ada bintang dari Thailand yang meroket menjadi trademark film-film Thailand. Bintang tersebut adalah Tony Jaa yang merupakan bintang action yang seperti Jackie Chan melakukan aksi stuntnya sendiri tanpa stuntman. Lalu tahun lalu 2010, muncul sebuah film yang mendapat response positif dari berbagai pihak, film tersebut adalah film drama komedi berjudul First Love (A Little Thing Called Love). Apa yang hebat dari film ini? Kenapa saya susah-susah nulis tentang film ini?
Awalnya saya tahu tentang film ini dari majalah Cinemags yang membahas film ini di edisi April 2011. Bisa dibilang film ini sangat menyenangkan untuk ditonton. Kisah cinta selalu menarik untuk ditonton apalagi film tentang cinta pertama ini. Di film ini, kita bisa melihat betapa menyenangkannya proses cinta pertama. First Love adalah film tentang seorang siswi yang jatuh cinta kepada seorang siswa favorit di sekolahnya. Bagi anak muda zaman sekarang mungkin film ini akan menghibur karena mereka sedang mengalaminya, sedangkan bagi penonton di usia lebih tua sedikit, mereka akan bernostalgia dengan kejadian-kejadian yang ada di film ini yang mungkin pernah terjadi di saat mereka (atau saya) masih berada di tingkat sekolah dulu.
Sebenarnya film ini tidak memiliki bintang-bintang yang terkenal seperti bintang-bintang Hollywood, atau spesial efek yang wah seperti film-film Hollywood. FIlm ini sangat sederhana tapi kesederhanaan itulah kekuatan film ini. Lagu-lagu yang indah pun serasa sebagai pelengkap kisah cinta yang ada di film ini. Saya sangat terhibur oleh film ini. Seharusnya film Indonesia juga bisa seperti ini. Adegan yang ada di film ini serasa tidak dibuat-buat. Tidak seperti film-film Indonesia sekarang yang penuh adegan tidak penting untuk membuat film lebih dramatis tapi akhirnya malah terasa tidak masuk akal. Kita harus bisa mencontoh Thailand karena perfilman Thailand sekarang sudah berkembang bukan hanya dari segi kuantitas, tapi juga secara kualitas. Semoga perfilman Indonesia bisa lebih baik.